Sambungan dari Part 1
Setelah melalui berbagai proses yang panjang dan melelahkan, para pedagang lele goreng yang sudah memodifikasi resep lele goreng mereka, mulai memasarkan kembali dagangan mereka lewat tenda-tenda kecil di pinggir jalan. Lele goreng sekarang bukan hanya lele yang digoreng. Setelah digoreng, lele tersebut ditaruh di atas wadah, diberi sambal, dan lalapan. Jadilah "Pecel" lele.
Perlahan demi perlahan, banyak orang yang datang ke warung tersebut. Hampir setiap hari, pasti ada saja orang yang datang ke sana. Karena tidak sanggup melayani pesanan yang membludak, akhirnya mereka membuka cabang.Cabang pertama yang mereka buka, terletak tepat di samping outlet pertama mereka. Semakin banyak pelanggan yang datang ke tempat itu, dan semakin sedikit yang makan di restoran-restoran impor. Setelah sekian lama, cabang kedua yang berada tepat di sebelah cabang pertama, tidak sanggup lagi menampung pengunjung yang datang berserakan.
Akhirnya para pedagang "Pecel" lele membuka lagi cabang ketiga, keempat, kelima, kedua puluh, ketujuh puluh tiga, keduaratus delapan puluh tujuh, dan seterusnya sampai-sampai hampir dari semua outlet "Pecel" lele memenuhi trotoar di sepanjang jalan di Indonesia.
Kesimpulannya : Walaupun para pedagang "Pecel" lele menipu para konsumen yang awam dengan membubuhkan merk "Pecel" di depan nama dagangan mereka, tidak bisa dipungkiri kalau "Pecel" lele adalah Pecel. Walaupun begitu, saya sebagai remaja Indonesia, pemuda harapan bangsa, merasa bangga atas kegigihan para pedagang lele goreng yang kreatif dan inovatif, yang mau berusaha sekuat tenaga, jiwa dan raga, memodifikasi resep turun-temurun lele goreng mereka, dan berjuang bertahan hidup menghadapi restoran-restoran impor yang mulai mendominasi pasar kuliner di Indonesia. Oleh karena itu, saya acungkan 2 jempol! Nice job, guys!
Ini dia Pecel yang asli |
"Pecel" lele, atau lele goreng? |
Salah satu restoran impor di Indonesia |
Salah satu Outlet pecel di Indonesia |
Orang gila |
No comments:
Post a Comment